Kantorku yang keren kali ini mengadakan acara Donor Darah. Dikarenakan semenjak lahir sampai saat ini aku belum pernah mendonorkan darahku maka hari ini adalah hari yang kutunggu sejak 14 hari yang lalu. Maklum darahku adalah Si Darah Populer yang menjadi rebutan para gadis darah. Jadi aku harus membagi-bagikan mereka. Dan juga agar hidupku sedikit berguna bagi orang lain.
Dari zaman Tk- SMA aku terkenal sebagai anak yang pemberani dibanding teman-teman sekelasku. Tidak seperti mereka yang ketika melihat jarum suntik maka akan lari, kabur, nangis, mengaung-aung, menjerit-jerit bahkan ada yang sampai pingsan. Karena mereka seperti itu, maka secara otomatis harga diriku sebagai anak Tk/SD/SMP/SMA naik beberapa derajat dibanding teman yang lain -sombong beuth-
Sampai sekarang pun ketika aku mendonor, jarum suntik itu tidak terasa apa di lengan tangan kiriku -sombong parah-
Tahukah kenapa aku begitu berani dari TK hingga sekarang?
Aku berani karena waktu itu aku berpikir, dibandingkan dengan melahirkan kelak, rasa sakit ini tidak ada apa-apanya. Hanya secuil dari rasa sakit ketika melahir.
Uwow. aku? kecil? Bisa berpikiran seperti itu ? Bagaimana bisa???!
Tentu sangat mengherankan kenapa aku yang masih ingusan (TK) sudah sejauh itu pikirannya?
Itu karena kakakku -siwanita cantik- sangat suka mengulang cerita kelahiranku. -Aku lahir sungsang namun secara normal tanpa operasi-
Ketika aku bandel maka saat itu aku akan mendengar cerita itu.
So akibat doktrin kakakku, aku bisa merasakan bagaimana sakitnya melahirkan itu.
Oke sekian cerita tidak penting ini. Saatnya melanjutkan maksud tulisan. -wehehe-
Yup! Rasa senang muncul setelah aku mendonorkan darah. Rasanya itu persis seperti kita sedekah harta secara langsung ke orang miskin/fakir. -bagi yang belum nyoba sedekah langsung disarankan buat sedekah langsung dulu-
Sewaktu darah berpindah dari pembuluh ke kantong darah, saat itu aku berkata dalam hati. Semoga yang memakai darahku ini kelak adalah calon suamiku eh maksudku orang yang sangat-sangat membutuhkan. –semoga..aamiin–
But apapun itu aku ingin agar darah yang telah kurawat selama 24 tahun ini menemukan keluarga baru disana dan memberi arti hidup, semangat hidup baginya.
InsyaAllah tiap 3 bulan sekali aku akan rutin mendonorkan darah-darahku.
Semoga dengan itu Allah bisa kembali padaku dan terus dekat padaku. Dan aku akan lebih menghargai diriku karena diriku ternyata bisa bermanfaat buat orang lain.
Ok kawan..Mari kita mendonor! 🙂
Karena, Ketika tidak ada Darah maka kita tidak bisa hidup. Sedangkan, Ketika tidak ada Uang kita masih bisa hidup.
kerempeng 😦
gendut 🙂
Untuk itu selagi masih sehat bugar,,
Mari sedekahkan Darah kita 🙂
Terima kasih sovenir handuknya ya bapak panitia
-acara diselenggarakan oleh mesjid An-Nur Telkom Lembong-